Penari Reog Ponorogo memanggul topeng Singa Barong dengan bulu merak

Reog Ponorogo: Simbol Keberanian dari Jawa Timur

Reog Ponorogo: Simbol Keberanian dari Jawa Timur

Dengan suara gong menggema, topeng raksasa berkepala singa dan dihiasi bulu merak tampak bergoyang berat di atas panggung terbuka. Penari yang memanggulnya hanya menggunakan kekuatan gigi. Inilah Reog Ponorogo, seni pertunjukan tradisional yang sarat makna magis, sejarah pemberontakan, dan warisan leluhur yang kini telah diakui dunia.

Pada 3 Desember 2024, Reog Ponorogo resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Ini menandai pencapaian penting bagi seni pertunjukan rakyat Indonesia yang telah bertahan ratusan tahun.

Asal Usul dan Filosofi Reog Ponorogo

Reog (Aksara Jawa: ꦫꦺꦪꦺꦴꦒ꧀) berasal dari Ponorogo, Jawa Timur, sebuah kota yang hingga kini dijuluki sebagai Bumi Reog. Seni ini dimainkan di ruang terbuka sebagai hiburan rakyat yang juga menjadi sarana penyampaian pesan-pesan politik dan spiritual.

Pertunjukan Reog melibatkan sejumlah tokoh, mulai dari:

  • Singo Barong: Topeng kepala singa dengan hiasan bulu merak setinggi dua meter. Beratnya mencapai 50–60 kg, dan dipikul oleh penari hanya dengan kekuatan gigi.

  • Warok: Pria berkekuatan spiritual tinggi, berpakaian serba hitam.

  • Gemblak: Penari muda berkuda lumping (Jathilan).

  • Bujang Ganong: Sosok jenaka, wakil Raja Ponorogo.

  • Klono Sewandono dan Dewi Songgolangit: Tokoh dalam versi cerita resmi.

  • Penari Reog Ponorogo memanggul topeng Singa Barong dengan bulu merak
    Topeng Singo Barong dengan berat lebih dari 50 kg

Reog dan Warisan Mistis Leluhur

Tak bisa dipisahkan dari unsur mistik dan ilmu kebatinan, Reog bukan sekadar hiburan, tetapi ritual yang melibatkan syarat-syarat spiritual tertentu. Dalam pementasan, penari kerap memasuki keadaan kerasukan atau trance, dan hanya mereka yang memiliki garis keturunan dan izin adat yang boleh memainkannya.

Pagelaran Reog biasanya terdiri dari dua hingga tiga tarian pembuka, kemudian dilanjutkan dengan klimaks pertunjukan Singo Barong. Ada dua bentuk Reog yang dikenal:

  • Reog Obyog: Tampil spontan di acara rakyat seperti bersih desa atau hajatan.

  • Reog Festival: Versi pakem resmi yang biasa ditampilkan dalam Festival Nasional Reog Ponorogo sejak 1997.

Sejarah Reog: Dari Perlawanan ke Legenda

Salah satu versi paling populer menyebut Reog sebagai simbol perlawanan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Ia kecewa terhadap Raja Bhre Kertabhumi yang korup dan tunduk pada pengaruh istrinya dari Tiongkok.

Ki Ageng Kutu kemudian menciptakan Reog sebagai sindiran kepada raja:

  • Singo Barong melambangkan Bhre Kertabhumi.

  • Bulu merak di atas kepala singa menyimbolkan pengaruh asing (Tiongkok).

  • Warok adalah simbol kekuatan spiritual Ki Ageng Kutu.

  • Gemblak penunggang kuda mewakili tentara Majapahit.

Meski pemberontakan akhirnya dipadamkan, Reog tetap hidup sebagai pertunjukan rakyat yang populer hingga kini.

Cerita Resmi Reog: Pertarungan Dua Kerajaan

Dalam versi resmi saat ini, Reog mengisahkan Raja Klono Sewandono dari Ponorogo yang melamar Dewi Ragil Kuning dari Kerajaan Daha. Di tengah jalan, ia dihadang oleh Raja Singa Barong. Pertarungan epik pun terjadi antara dua kerajaan, dengan pasukan terdiri dari:

  • Singa dan Merak dari pihak Daha

  • Warok dan Gemblak dari pihak Ponorogo

Pertarungan ini ditampilkan dalam bentuk tarian kerasukan, menciptakan atmosfer magis yang membuat Reog sangat khas dibandingkan seni tradisional lainnya.

Reog dalam Perayaan dan Kehidupan Masyarakat

Kini, Reog tampil di berbagai acara:

  • Pernikahan dan khitanan

  • Hari besar nasional

  • Festival budaya internasional

Di Kota Ponorogo, gerbang kota bahkan dihiasi dengan patung Warok dan Gemblak, menandakan betapa kuatnya identitas Reog bagi masyarakat setempat.

Reog dan Pengakuan Dunia

Pada Desember 2024, Reog Ponorogo resmi diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda yang Perlu Segera Dilestarikan. Ini menjadi pengakuan atas perjuangan panjang para pelestari budaya, seniman, dan masyarakat Ponorogo yang mempertahankan seni leluhur ini dari ancaman modernisasi.

One thought on “Reog Ponorogo: Simbol Keberanian dari Jawa Timur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *